STIFEST
Nama itu akan selalu melekat dalam benakku. Ya, aku adalah orang yang memberi nama STIFEST pada acara kompetisi band terbesar di pulau Lombok pada tahun 2002.Pada saat itu aku masih kelas dua SMA, dan tergabung dalam kelas 2-4 di SMA Negeri 1 Mataram.
Berawal dari acara pemilihan ketua OSIS, dimana kami dari siswa yang terkait dengan bidang seni musik dan pecinta alam mengajukan nama Arief Rahman Hakim (Abe) sebagai calon ketua OSIS yang akan menantang calon dari kelas 2-6 Ria Tanaya (Ria).
Pada saat itu kampanye masing-masing calon di lapangan basket berdiri memaparkan visi dan misinya berlangsung cukup meriah, Walaupun kedua calon berdiri berpanas-panasan di tengah lapangan, para siswa berkumpul di bawah pepohonan teduh yang ada di pinggir lapangan basket. Singkat cerita, jago kami kalah. Dan Ria dilantik menjadi ketua OSIS periode 2002-2003.
Pemberontakan Kreatif
Kami yang merasa lebih kreatif daripada para pengurus OSIS sekolah (pada saat itu kami memang sekumpulan remaja tanggung yang berambisi besar dan pemikirannya cukup liar, kata lainnya: congkak), kemudian menolak untuk mengikuti program OSIS SMA Negeri 1 Mataram dan berusaha untuk mengadakan sebuah event "mercusuar" yang tidak melibatkan OSIS dalam kepanitiaan. Sehingga para siswa lain serta Bapak Ibu Guru bisa melihat potensi kami. Disinilah jiwa rebel kami sudah mulai tumbuh berkembang sejak remaja. Ini mungkin tidak baik untuk ditiru, tetapi pada saat itu, demikianlah cara kami berjuang. Menggalang sebuah pemberontakan dengan cara-cara yang kreatif.Inspirasi Nama Stifest
Saya kemudian berinisiatif mengumpulkan rekan-rekan seperjuangan di bawah pohon mangga depan ruang fisika, dan mengeluarkan ide untuk mengadakan acara festival musik. Mengingat pada saat itu sekolah kami belum memiliki sebuah pensi, jika dibandingkan dengan SMA 5 yang memiliki Jubilee, dan SMA 2 yang memiliki (saya lupa namanya). Ide tersebut disambut dengan baik oleh mereka yang terlibat pada saat diskusi, diantaranya Heri Wijaya (Koko), Nyoman Budi Satria (Jamboel), Rully Bachtiar (Abah), Zaky, Bimbim, Adi Triyana Miharja (Adi) dan teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu (karena banyak betul bos).Lalu saya mulai mencari tahu bagaimana caranya untuk mengadakan sebuah acara besar, dan tentu saja dimulai dari proposal. Saya menginap di rumah Pamungkas (Muki) untuk mengetik proposal tersebut (karena di rumah itu ada komputer lengkap dengan printernya), disanalah saya mendapatkan inspirasi untuk memberi nama festival ini. Ketika sedang berpikir mencari nama, saya melihat sampul majalah Hai yang sedang meliput festival OZZFEST di Inggris Raya. Saya lalu merangkai STIFEST dengan singkatan Smansa Student Music Festival. Berbekal keinginan memiliki festival musik yang sukses seperti OZZFEST, maka nama STIFEST kami jadikan nama pensi pertama kami di Smansa Mataram.
Proposal
Saya lalu mengkonsep proposal sederhana untuk mengumpulkan dana awal, lalu mengedarkan proposal tersebut untuk dibaca oleh teman-teman sekolah beserta sebuah kertas yang berisi daftar sumbangan. Proposal tersebut lalu saya fotokopi agar menjadi lebih banyak, sehingga bisa dijalankan oleh beberapa orang sekaligus. Setiap siswa yang membaca proposal itu lalu menyumbangkan uang (ada yang seribu, dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu, dan ada juga yang dua puluh ribu hingga lima puluh ribu). Hingga akhirnya terkumpulah uang sebanyak Rp 600.000,-.Merasa masih kurang, Koko lalu menawarkan uang tabungannya sebesar Rp 400.000,- untuk menggenapkan modal awal menjadi satu juta rupiah, dengan status dana pinjaman. Setelah dana awal terkumpul, kami lalu menggelar rapat pertama yang dihadiri oleh kurang lebih 40 orang termasuk siswa kelas 3 (Aryan, Yuni, Rhino, Deuka, dll). Rapat tersebut memutuskan untuk membentuk sebuah kepanitiaan yang menunjuk saya menjadi ketua, dan wakil ketuanya dijabat oleh Abah.
Event Organizer
Akhirnya bermodalkan uang satu juta rupiah tersebut, kami memberanikan diri untuk mencari Event Organizer (EO). Pada saat itu ada sebuah acara yang tengah berlangsung di Gedung Basket KONI Mataram, yakni HEXOS EXTRAVAGANZA. Acara tersebut ditangani oleh sebuah EO (saya lupa namanya), dan salah satu leadernya adalah mas ..... (lupa lagi) dan Mbak Farah. Perwakilan panitia kami lalu menemui Perwakilan dari EO tersebut di rumah Mbak Farah yang berlokasi di dekat Taman (Kolam Renang) Mayura - Cakranegara. Malam itu, EO menyetujui proposal kami, dan kami menyerahkan dana awal satu juta tersebut kepada mereka sebagai tanda jadi kerjasama. EO tersebut kemudian membuatkan sebuah proposal yang menggantikan proposal awal kami, dan proposal itulah yang menjadi senjata kami untuk menggalang dana yang lebih besar lagi.Setiap hariku disekolah hanya berisi tentang rapat, dan proposal. Proposal tersebut kami fotokopi sekitar lima puluh eksemplar. Lalu kami bagikan kepada masing-masing panitia. Setiap panitia bertugas untuk mencari kenalannya yang bekerja di satu perusahaan dan memasukkan proposal tersebut kesana. Semua perusahaan di Lombok kami masuki. Coca-Cola di Pagutan, Bank Exim di Cakra, Radio-radio, Lombok TV, dan para orang tua murid yang kami ketahui berpotensi menjadi sumber dana.
Tidak hanya di sekolah, malamnya kami berkumpul di rumah Adi Triyana di sekitaran jalan Airlangga, kemudian di rumah nenek Bimbim yang dekat dengan sekolah kami. Tidak lupa kami sebutkan nama Pamungkas Soesbandoro (Muki), Yudi Bharaisa (Apeng), Dyni Oktari Prasetya (Dini), Hafizah Soraya Delimunthe (Fiza) dan Catarina Budiono (Rina) -- dimana orang tua dari mereka menyumbangkan cukup banyak rupiah untuk acara ini --. :D
Singkat cerita, kami berhasil menggaet dua sponsor besar, Coca Cola dan Lombok TV. Coca-Cola menjanjikan banner raksasa di belakang panggung, serta minuman unlimited dengan menggunakan tabung (yang bisa diminum kapan saja oleh panitia), dan Lombok TV menjanjikan liputan selama dua hari berturut-turut. Sejumlah radio juga mensponsori dengan spot iklan gratis yang disiarkan melalui stasiun radionya. Sisanya adalah individual yang menyumbangkan dananya untuk acara ini. Kami pun mendapat dana segar sekitar 20juta dari hasil kerja keras panitia selama berkeliling mengumpulkan dana sumbangan. Acara sudah di depan mata.
Kami kemudian mempersiapkan segalanya, menyewa gedung Taman Budaya selama dua hari, membooking Sound System dari depan rumah Pamungkas (saya hanya ingat nama Tole saja sebagai salah satu karyawannya), membuka pendaftaran, mencetak stiker dan selebaran, dan mengiklankan melalui radio-radio. Acara ini juga sempat diiklankan secara sederhana melalui Lombok TV (yang pada saat itu baru saja berdiri).
Tentu saja acara ini harus mempunyai "Guest Star" yang akan memancing crowd untuk datang. Dan melalui koneksi dari Adi Triyana (dimana kakaknya adalah teman dekat sekaligus manager dari band Coke-Pit dari Tasikmalaya), maka kami mendapatkan deal dengan band tersebut setelah mendengarkan album kompilasi mereka yang baru saja dirilis. Cerita tentang nyarisnya kami mengundang PeterPan bisa dibaca disini: STIFEST 2002: The Beginning.
And there we are, STIFEST berlangsung sukses. Diikuti oleh lebih dari 40 band (yang diseleksi selama dua hari penyisihan, 20 band masing-masing hari), dan final digelar. Coke-Pit tampil memukau lebih dari seribu penonton yang hadir pada saat final. Tiket seharga lima ribu rupiah di final laris manis, dan kami mendapatkan pemasukan hampir sepuluh juta dari tiket saja. Acara tersebut diliput di Lombok TV, dan ditayangkan keesokan harinya. Saya masih ingat sejumlah finalis, Bumi Band, G-256, dll beradu kualitas bakat. Dan band electro-underground ICU dari Minority Records juga turut menjadi bintang tamu.
I wrote this just to keep what's left in my mind about Stifest 2002 documented. You can see that it forgot some minor things, but I definitely sure everyone involved back in 2002 will never forget the joy we had that time.
Senang sekali bisa flashback mengenang memori kala itu dengan membaca tulisan ini. Terima kasih sob, STIFEST berjaya berkat kerja keras kalian dan semua pihak yang membantu.
BalasHapus