Pages

Sabtu, Agustus 16, 2014

Menggali Yang Tersisa Dari Stifest

STIFEST

Nama itu akan selalu melekat dalam benakku. Ya, aku adalah orang yang memberi nama STIFEST pada acara kompetisi band terbesar di pulau Lombok pada tahun 2002.

Pada saat itu aku masih kelas dua SMA, dan tergabung dalam kelas 2-4 di SMA Negeri 1 Mataram.

Berawal dari acara pemilihan ketua OSIS, dimana kami dari siswa yang terkait dengan bidang seni musik dan pecinta alam mengajukan nama Arief Rahman Hakim (Abe) sebagai calon ketua OSIS yang akan menantang calon dari kelas 2-6 Ria Tanaya (Ria).

Pada saat itu kampanye masing-masing calon di lapangan basket berdiri memaparkan visi dan misinya berlangsung cukup meriah, Walaupun kedua calon berdiri berpanas-panasan di tengah lapangan, para siswa berkumpul di bawah pepohonan teduh yang ada di pinggir lapangan basket. Singkat cerita, jago kami kalah. Dan Ria dilantik menjadi ketua OSIS periode 2002-2003.

Pemberontakan Kreatif

Kami yang merasa lebih kreatif daripada para pengurus OSIS sekolah (pada saat itu kami memang sekumpulan remaja tanggung yang berambisi besar dan pemikirannya cukup liar, kata lainnya: congkak), kemudian menolak untuk mengikuti program OSIS SMA Negeri 1 Mataram dan berusaha untuk mengadakan sebuah event "mercusuar" yang tidak melibatkan OSIS dalam kepanitiaan. Sehingga para siswa lain serta Bapak Ibu Guru bisa melihat potensi kami. Disinilah jiwa rebel kami sudah mulai tumbuh berkembang sejak remaja. Ini mungkin tidak baik untuk ditiru, tetapi pada saat itu, demikianlah cara kami berjuang. Menggalang sebuah pemberontakan dengan cara-cara yang kreatif.

Inspirasi Nama Stifest

Saya kemudian berinisiatif mengumpulkan rekan-rekan seperjuangan di bawah pohon mangga depan ruang fisika, dan mengeluarkan ide untuk mengadakan acara festival musik. Mengingat pada saat itu sekolah kami belum memiliki sebuah pensi, jika dibandingkan dengan SMA 5 yang memiliki Jubilee, dan SMA 2 yang memiliki (saya lupa namanya). Ide tersebut disambut dengan baik oleh mereka yang terlibat pada saat diskusi, diantaranya Heri Wijaya (Koko), Nyoman Budi Satria (Jamboel), Rully Bachtiar (Abah), Zaky, Bimbim, Adi Triyana Miharja (Adi) dan teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu (karena banyak betul bos).

Lalu saya mulai mencari tahu bagaimana caranya untuk mengadakan sebuah acara besar, dan tentu saja dimulai dari proposal. Saya menginap di rumah Pamungkas (Muki) untuk mengetik proposal tersebut (karena di rumah itu ada komputer lengkap dengan printernya), disanalah saya mendapatkan inspirasi untuk memberi nama festival ini. Ketika sedang berpikir mencari nama, saya melihat sampul majalah Hai yang sedang meliput festival OZZFEST di Inggris Raya. Saya lalu merangkai STIFEST dengan singkatan Smansa Student Music Festival. Berbekal keinginan memiliki festival musik yang sukses seperti OZZFEST, maka nama STIFEST kami jadikan nama pensi pertama kami di Smansa Mataram.

Proposal

Saya lalu mengkonsep proposal sederhana untuk mengumpulkan dana awal, lalu mengedarkan proposal tersebut untuk dibaca oleh teman-teman sekolah beserta sebuah kertas yang berisi daftar sumbangan. Proposal tersebut lalu saya fotokopi agar menjadi lebih banyak, sehingga bisa dijalankan oleh beberapa orang sekaligus. Setiap siswa yang membaca proposal itu lalu menyumbangkan uang (ada yang seribu, dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu, dan ada juga yang dua puluh ribu hingga lima puluh ribu). Hingga akhirnya terkumpulah uang sebanyak Rp 600.000,-.

Merasa masih kurang, Koko lalu menawarkan uang tabungannya sebesar Rp 400.000,- untuk menggenapkan modal awal menjadi satu juta rupiah, dengan status dana pinjaman. Setelah dana awal terkumpul, kami lalu menggelar rapat pertama yang dihadiri oleh kurang lebih 40 orang termasuk siswa kelas 3 (Aryan, Yuni, Rhino, Deuka, dll). Rapat tersebut memutuskan untuk membentuk sebuah kepanitiaan yang menunjuk saya menjadi ketua, dan wakil ketuanya dijabat oleh Abah.

Event Organizer

Akhirnya bermodalkan uang satu juta rupiah tersebut, kami memberanikan diri untuk mencari Event Organizer (EO). Pada saat itu ada sebuah acara yang tengah berlangsung di Gedung Basket KONI Mataram, yakni HEXOS EXTRAVAGANZA. Acara tersebut ditangani oleh sebuah EO (saya lupa namanya), dan salah satu leadernya adalah mas ..... (lupa lagi) dan Mbak Farah. Perwakilan panitia kami lalu menemui Perwakilan dari EO tersebut di rumah Mbak Farah yang berlokasi di dekat Taman (Kolam Renang) Mayura - Cakranegara. Malam itu, EO menyetujui proposal kami, dan kami menyerahkan dana awal satu juta tersebut kepada mereka sebagai tanda jadi kerjasama. EO tersebut kemudian membuatkan sebuah proposal yang menggantikan proposal awal kami, dan proposal itulah yang menjadi senjata kami untuk menggalang dana yang lebih besar lagi.

Setiap hariku disekolah hanya berisi tentang rapat, dan proposal. Proposal tersebut kami fotokopi sekitar lima puluh eksemplar. Lalu kami bagikan kepada masing-masing panitia. Setiap panitia bertugas untuk mencari kenalannya yang bekerja di satu perusahaan dan memasukkan proposal tersebut kesana. Semua perusahaan di Lombok kami masuki. Coca-Cola di Pagutan, Bank Exim di Cakra, Radio-radio, Lombok TV, dan para orang tua murid yang kami ketahui berpotensi menjadi sumber dana.

Tidak hanya di sekolah, malamnya kami berkumpul di rumah Adi Triyana di sekitaran jalan Airlangga, kemudian di rumah nenek Bimbim yang dekat dengan sekolah kami. Tidak lupa kami sebutkan nama Pamungkas Soesbandoro (Muki), Yudi Bharaisa (Apeng), Dyni Oktari Prasetya (Dini), Hafizah Soraya Delimunthe (Fiza) dan Catarina Budiono (Rina) -- dimana orang tua dari mereka menyumbangkan cukup banyak rupiah untuk acara ini --. :D

Singkat cerita, kami berhasil menggaet dua sponsor besar, Coca Cola dan Lombok TV. Coca-Cola menjanjikan banner raksasa di belakang panggung, serta minuman unlimited dengan menggunakan tabung (yang bisa diminum kapan saja oleh panitia), dan Lombok TV menjanjikan liputan selama dua hari berturut-turut. Sejumlah radio juga mensponsori dengan spot iklan gratis yang disiarkan melalui stasiun radionya. Sisanya adalah individual yang menyumbangkan dananya untuk acara ini. Kami pun mendapat dana segar sekitar 20juta dari hasil kerja keras panitia selama berkeliling mengumpulkan dana sumbangan. Acara sudah di depan mata.

Kami kemudian mempersiapkan segalanya, menyewa gedung Taman Budaya selama dua hari, membooking Sound System dari depan rumah Pamungkas (saya hanya ingat nama Tole saja sebagai salah satu karyawannya), membuka pendaftaran, mencetak stiker dan selebaran, dan mengiklankan melalui radio-radio. Acara ini juga sempat diiklankan secara sederhana melalui Lombok TV (yang pada saat itu baru saja berdiri).

Tentu saja acara ini harus mempunyai "Guest Star" yang akan memancing crowd untuk datang. Dan melalui koneksi dari Adi Triyana (dimana kakaknya adalah teman dekat sekaligus manager dari band Coke-Pit dari Tasikmalaya), maka kami mendapatkan deal dengan band tersebut setelah mendengarkan album kompilasi mereka yang baru saja dirilis. Cerita tentang nyarisnya kami mengundang PeterPan bisa dibaca disini: STIFEST 2002: The Beginning.

And there we are, STIFEST berlangsung sukses. Diikuti oleh lebih dari 40 band (yang diseleksi selama dua hari penyisihan, 20 band masing-masing hari), dan final digelar. Coke-Pit tampil memukau lebih dari seribu penonton yang hadir pada saat final. Tiket seharga lima ribu rupiah di final laris manis, dan kami mendapatkan pemasukan hampir sepuluh juta dari tiket saja. Acara tersebut diliput di Lombok TV, dan ditayangkan keesokan harinya. Saya masih ingat sejumlah finalis, Bumi Band, G-256, dll beradu kualitas bakat. Dan band electro-underground ICU dari Minority Records juga turut menjadi bintang tamu.

I wrote this just to keep what's left in my mind about Stifest 2002 documented. You can see that it forgot some minor things, but I definitely sure everyone involved back in 2002 will never forget the joy we had that time.

Selasa, Agustus 12, 2014

SMA Negeri 1 Mataram (Smansa Mataram)

Smansa Mataram

Kelahiran SMA Negeri 1 Mataram ditandai dengan Suirat Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI. No. 4132/B/II, tanggal 16 Agustus 1957. Keputusan ini menyatakan bahwa SMA Mataram berdiri tanggal 1 Agustus 1957, sedangkan penerimaan siswa baru dimulai tanggal 15 Agustus 1957.

Pada awal berdirinya sekolah ini membuka satu jurusan yakni bagian C, sedangkan bagian A dan B baru dibuka tahun berikutnya. Adapun lokasi yang ditempati kala itu adalah :
  1. SMA bagian A bertempat di gedung SR no. 7 Mataram
  2. SMA bagian B bertempat di gedung SMPN 1 Mataram
  3. SMA bagian C bertempat di gedung SMPN 2 Mataram

Pada tahun 1965 seusai peristiwa G.30.S/PKI, SMA Negeri 1 Mataram mendapat lokasi di sebuah gedung di Cakranegara. Maka sejak saat itu sekolah ini menjadi suatu wadah dan memiliki administrasi yang teratur. Namun sangat disayangkan bahwa lokasi itu sangat berdekatan dengan lokasi perniagaan sehingga mengganggu proses belajar mengajar.

Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, serta usaha Pemda tk I NTB, tahun 1972 SMA Negeri 1 Mataram resmi mendapatkan lokasi di Jalan Pendidikan no. 21 Mataram hingga sekarang.

Demi meningkatkan mutupendidikan maka sejak tahun 1975 di sekolah ini mulai dibangun sarana dan prasarana pendukung antara lainlaboratorium IPA (1975), lima ruang belajar, perpustakaan, ruang ketrampilan/serbaguna (1978/1986), Musholla Al-Mushinin (1987) dan pada tanggal 2 Mei 1991, Gubernur NTB meresmikan pemakaian gudung bertingkat SMA Negeri 1 Mataram.

Berdasarkan Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Repunlik Indonesia Nomor : 035/O/1997 tentang perubahan nomenklatur SMA menjadi SMU, serta organisasi tata kerja SMU, maka sejak tanggal 7 Maret 1997 SMA Negeri 1 Mataram menjadi SMU Negeri 1 Mataram.

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Mataram

Adapun urutan yang menjabat sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Mataram mulai dari periode tahun 1957 sampai saat ini adalah sebagai berikut ini.

  1. Periode 1957 - 1959 : Ahmad Moenip (almarhum)
  2. Periode 1959 - 1965 : Soemarno (almarhum)
  3. Periode 1965 - 1972 : N. H. Thei (almarhum)
  4. Periode 1972 - 1978 : Drs. H.M. Achwan (almarhum)
  5. Periode 1978 - 1985 : Sri Astoeti Moehson, BA (almarhumah)
  6. Periode 1985 - 1991 : Adnan Muchsin, BA
  7. Periode 1991 - 1997 : R. Sri Bintoro, BA
  8. Periode 1997 - 2011 : H. Kutjip Anwar, S.Pd
  9. Periode 2012 - Sekarang: Drs. H. L. Fatwir Uzali, S.Pd., M.Pd.
Foto SMANSA MATARAM terkini:


SMA Negeri 1 Mataram diketahui memiliki sebuah event pensi atau festival kompetisi band pelajar terbesar se-pulau Lombok yang dikenal dengan nama Smansa Student Music Festival atau disingkat Stifest.

My Pet Sally Bintang Tamu Stifest

MY PET SALLY

Band Punk 'Manis' Tanpa Atribut PUNK. Banyak yang salah kaprah mengindentikkan anak-anak punk. Menurut anggapan mereka-mereka yang ?bergaya? punk secara fashion, punk adalah sepatu boot, celana ketat, rambut mohawk dan piercing di seantero tubuh. Benarkah?

Konon, gaya hidup punk itu selalu dengan pemberontakan. "Kami tidak setuju. Bagi kami punk itu sebuah spirit. Kalau kita sih ambil semangat bermusiknya saja",jelas Dessy [lead itar], Jimbo [drum], dan Renyka [vokal/bas] yang tergabung di My Pet Sally Band.

MyPetSally resmi berdiri pada tanggal 31 Desember 2003, yang pada saat itu masih menamakan dirinya dengan CROSLINE. Namun merasa sedikit kurang “sreg” dengan nama tersebut mereka memutuskan untuk mengubahnya menjadi MYPETSALLY. Nama ini didapat secara spontan, karena saat itu sedikit terburu-buru untuk mencantumkan nama pada proposal yang hendak diserahkan pada sebuah even musik Campus. Mengingat saat itu band mereka masih belum mempunyai nama. Nama MYPETSALLY sendiri kami ambil dari judul sebuah lagu BLINK182 di Album mereka yang bertajuk “BUDHA”.

Arti nama My Pet Sally

Menurut mereka, kata MyPetSally itu sendiri, sebenarnya mempunyai banyak arti. Dimana Sally itu sendiri bisa diartikan sebagai Serangan tiba-tiba atau bisa juga berarti sebagai suatu kejenakaan. Jadi disini mereka memadukan kedua arti tersebut sebagai gambaran bagi warna musik yang mereka bawakan. Yaitu sebagai sesuatu yang merupakan serangan, namun dengan adanya kejenakaan, maka yang didapat bukannya ketakutan tapi hanya kesenangan yang akan dirasakan oleh audience semua.

Dalam bermusik maupun performance, mereka mengakui selama ini telah terinfluence pada band-band idola kami seperti “HI-STANDARD”, “BLINK 182”, “No Use 4 a Name”, “MXPX”, “SUM 41”, “Gold Finger”, “New Found Glorry”, and more.

My Pet Sally pertama kali manggung pada malam pesta tahun Baru 2004 di acara "Dynamite Sound part II" UPN. Selanjutnya mereka biasa manggung di Even2 music kampus, maupun acara2 music di Kota Jogjakarta dan sekitarnya. Menurut mereka pengalaman manggung yang paling berkesan selama ini yaitu pas acara PAT PAT GULIPAT PARTY dalam rangka HUT Radio SWARAGAMA FM, bareng Endank Soekamti, dan band2 Jogjakarta lainnya yang merupakan acara amal pengumpulan Dana buat anak2 yang membutuhkan.

Sejarah My Pet Sally

Menyinggung sejarah My Pet Sally, menurut penjelasan Dessy, band mereka sebenarnya sudah cukup lama memainkan punk melodic sebagai pilihan bermusiknya. "Selagi punk melodic belum jadi trend seperti sekarang, kita sudah nekat memainkannya," jelas cewek yang ngefans dengan BLINK 182. Kira-kita emapat tahun silam, ketika masih bernama Freunde, mereka tergolong punya fans yang tidak sedikit. "Kita seangkatan dengan Endank Soekamti, tapi dia mentas duluan," celetuk Dessy sambil terkekeh. Endank Soekamti adalah band melodic punk yang naik daun dengan hits Bau Mulut. Yang unik dan cukup membedakan My Pet Sally dengan band melodic punk lainnya, dari tiga personilnya, dua orang cewek, satu orang cowok.

Meski punk terkenal dengan lirik-lirk provokatif dan lantang tentang pemberontakan, My Pet Sally memilih lirik cinta sebagai acuan. "Tapi bukan cinta yang menye-menye mas, istilahnya ketegaran cintalah," terang Jimbo, cowok yang bernama asli Suryo Santoso sambil terseyum.

Personil My Pet Sally juga sadar, musik yang mereka mainkan juga tergolong trend perputaran musik. "Kalau suatu saat trendnya turun, kita sih tetap akan main punk. Hanya mungkin akan kita imbuh beberapa alat musik tradisional supaya berbeda," ujarnya sembari menyebut alat musik bigpipe dan flute Irlandia sebagai alat musik yang coba mereka sandingkan dengan musik punk. Pertemuan dua kutub musik itu, akan dijadikan semacam ciri khas buat My Pet Sally. "Kita tidak pingin itu cuma jadi tempelan saja, tapi betul-betul utuh dengan musik yang kita mainkan," jelas Renyka serius.

My Pet Sally termasuk beruntung, lantaran satu lagunya yang masuk kompilasi Berpacu Dalam Melodic dipilih sebagai single pertama dan dibuat video klipnya. "Yah semoga kami bisa makin dikenal dan diterima dengan baik di komunitas punk dimana saja," harap Jimbo, Renyka dan Dessy.

My Pet Sally sendiri pernah menjadi bintang tamu utama dalam acara kompetisi band terbaik di Mataram, Lombok (Nusa Tenggara Barat) yang dinamakan STIFEST / Smansa Student Music Festival pada tahun 2005. Event itu sendiri dihadiri oleh ribuan crowd yang memadati Gedung Taman Budaya Mataram dan berlangsung dengan sukses.

Download Lagu My Pet Sally Di Sini.

Senin, Mei 25, 2009

STIFEST

STIFEST


STIFEST, Smansa sTudent musIc FESTival, sebuah karya kami anak-anak berusia belasan tahun yang masih senang berkumpul, mencari identitas diri, dan menikmati masa pubertas bersama komunitas kami.

Awalnya sekedar sebuah kebanggaan akan nama besar sekolah kami di lingkungan pendidikan kota Mataram, kemudian beralih kepada sebuah ambisi bersama untuk memiliki acara kompetisi band pelajar SMA yang prestisius, terbesar, dan terbaik di lingkungan kami, hingga akhirnya kami semua tersadar bahwa ini adalah sebuah keluarga besar kepanitian yang harmonis, penuh memori, suka duka, dan perjuangan yang tak terlupakan. Memberi kami arti apa itu kebersamaan, bukan sekedar sekumpulan anak remaja yang masih bersekolah dan tergabung dalam sebuah panitia.

Prinsip Utama Stifest

STIFEST sudah seharusnya menjadi sebuah acara yang penuh nilai-nilai kebersamaan. Kolaborasi antara sikap respect sesama panitia, saling menghargai sesama peserta, dan kebersamaan penonton untuk menyaksikan adu kualitas bakat di bidang musik. Harmonisasi dan sikap saling menghargai, adalah esensi dari acara ini dari tahun ke tahun. Panitia dengan selayaknya menghargai seluruh peserta, dan semua penonton, karena merekalah tolok ukur dan kunci sukses keberhasilan pelaksanaannya.

Tidak ada satupun dari kami yang lupa bagaimana rasanya membagi tugas, setiap orang menjalankan fungsinya sendiri dalam kepanitian, masing-masing berjalan ke arah ayng berbeda-beda, namun berujung pada sebuah tujuan, yakni terlaksananya acara ini dalam balutan kemewahan untuk ukuran kompetisi amatir pelajar di Nusa Tenggara Barat, bergaung dengan maksimal, dan mendapat apresiasi yang cukup dari semua orang yang terlibat, ataupun sekedar mengetahuinya.


Adalah sebuah kepuasan tersendiri bagi kami untuk melihat acara ini kembali terdengar gaungnya setiap tahun, bergema hingga seluruh kota mataram, hingga di ujung batas dunia maya sekalipun.

Visi STIFEST

Semoga seiring berjalannya waktu, STIFEST terus mengalami perubahan yang lebih baik dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas acara yang meningkat, prestise yang semakin tinggi, kuantitas peserta yang berasal dari bermacam-macam latar belakang kualitas skill bermusik, dan kuantitas penonton yang berkualitas alias ramai tapi tertib, penuh sesak tapi nyaman.

Kami percaya bahwa STIFEST akan selalu dijalankan oleh para pelajar visioner, yang mampu melihat masa depan dimana acara ini akan menjadi sebuah kompetisi tingkat nasional, dan melahirkan band-band berkelas internasional, serta sejumlah individu yang mampu bicara banyak di industri musik Indonesia.

Visi itulah yang kami pegang beberapa tahun terakhir, walaupun sudah tentu akan melewati proses yang teramat panjang. Setidaknya misi kami tetap kami pegang teguh, yakni untuk melaksanakan acara ini sebaik-baiknya, dengan usaha kami yang paling keras, berbalut semangat, dan kebersamaan. Tidak peduli apa yang telah terjadi sebelumnya, dan apa yang akan terjadi nanti, kami hanya berusaha sekuat tenaga, mengadakan sebuah acara besar nan megah, yang kami sebut: STIFEST.

Stifest adalah buah karya dari siswa-siswi SMA Negeri 1 Mataram (Smansa Mataram) yang merupakan festival terbesar diantara pensi lainnya yang pernah diadakan di Nusa Tenggara Barat pada saat itu.

Rabu, April 29, 2009

STIFEST 2002 Guest Star: Coke Pit

Coke-Pit

Nama COKE-PIT terinspirasi dari botol sebuah merk minuman ternama yang memiliki filosofi: "Dengan melihat bentuk botol yang pada ujungnya memiliki rongga yang kecil kemudian makin membesar namun memiliki batas kaca sebagai penampungnya, COKE PIT berharap dari hanya sekedar band yang tidak memiliki pengalaman akan menjadi besar,namun tetap memiliki batasan,yaitu norma dan etika".

Nama Coke-Pit sempat beredar jauh hingga ke pulau Lombok berkat acara STIFEST 2002 yang mendaulat mereka sebagai bintang tamu utama di festival musik anak sekolah terbesar di Nusa Tenggara Barat. Acara tersebut berlangsung sukses dengan disesakinya gedung Taman Budaya hingga lebih dari 2000 penonton pada saat final berlangsung.

Sejarah Band Coke-Pit

Berawal dari sebuah komunitas underground di sebuah kota kecil bernama Tasikmalaya yang punya nama CALADI GROUNDERS, yang disana berkumpul band-band dari berbagai aliran.

Saat itu Abe (vocal/gitar akustik),masih menjadi gitaris & vokalis dari DEMANG, sebuah band beraliran punk rock yang lumayan punya nama di kota itu merasa jenuh dengan konsep yang dimainkan band nya.Kemudian dengan bekal beberapa lagu ciptaannya, dia mengajak Senx-Senx - drum (ABAL ABAL/grunge), Be’onk - gitar (MORTUARY/black metal), dan Ayanx - bass (EMBARGO/hardcore), yang kebetulan masih satu komunitas dengannya untuk ber-jam session di studio. Mungkin dari diri mereka masing-masing merasakan hal yang sama pada band nya, dan chemestry yang kuat diantara mereka bahwa mereka sama2 memiliki visi yang sama untuk terus bisa survive sebagai seorang musisi, maka terbentuklah COKE PIT pada 12 februari 2000 yang beraliran Pop Rock. Merasa ada sedikit kekurangan untuk sesi lead gitar pada COKE PIT, maka Abe mencoba mengajak Aang yang juga kakaknya, yang pada saat itu masih menjadi bassist di GASOLINE (raprock) untuk mengisi posisi tersebut. Setelah mencoba untuk jam session, maka Aang pun tertarik untuk menjadi additional player di COKE PIT, dan mereka kemudian mencoba membuat beberapa demo track lagu mereka dengan dibantu oleh Ryan (manager) untuk mendanai rekaman tersebut.

Beberapa hari menjelang saat rekaman, Aang mengalami masalah pada bandnya yang dia rasa sudah tidak lagi memiliki kesamaan visi, maka pada saat itu Aang menyatakan hengkang dari GASOLINE (band ini akhirnya didaulat untuk menjadi bintang tamu pada STIFEST I yang diadakan pada tahun 2003). dan kemudian resmi menjadi player di COKE PIT.

Dengan berbekal demo tape empat lagu, mereka kemudian sepakat untuk hijrah ke Bandung, dengan alasan bahwa Bandung merupakan kota paling kompetitif untuk musik,dan itu merupakan tantangan untuk mereka.Disana mereka mulai merambah event2 kampus, menawarkan demotape mereka ke radio2 & label rekaman,sampai mencoba untuk mentas di cafe-cafe, yang sempat pula mendapat tawaran dari luar kota.

Selama di Bandung, mereka pun sempat mengikuti seleksi yang diselenggarakan sebuah stasiun TV yang menampilkan demotape band-band dari berbagai daerah, yang Alhamdulillah COKE PIT sendiri sempat menjadi band terfavorit pada program tersebut hingga mendapat tawaran untuk membuat sebuah klip sederhana yang ditayangkan stasiun TV tersebut,hingga beberapa waktu kemudian COKE PIT mendapat tawaran untuk mengisi acara STIFEST 2002 yang diadakan oleh SMA Negeri 1 di Mataram - Lombok.

Gradasi Hati

Hingga beberapa tahun kemudian seluruh personil COKE PIT memiliki bekal yang cukup untuk kembali eksis di kota asal mereka, Tasikmalaya. Di kota tesebut mereka kembali merambah event-event lepas, sampai pada saat mereka mengikuti audisi untuk membuat sebuah album kompilasi yang diseleksi dari band-band yang ada di seluruh Jawa Barat yangberjudul A MILD DEBUT, dimana salah satu lagu mereka yang berjudul GRADASI HATI berhasil masuk dalam kompilasi tersebut hingga pada akhir 2004 COKE PIT menjadi salah satu pengisi acara pada A MILD LIVE SOUNDRENALINE di Jakarta.

Setelah mengalami berbagai proses dan situasi, saat ini Coke Pit mencoba untuk mematangkan konsep musik mereka dengan sentuhan warna-warna baru yang tentu saja tidak menyimpang dari warna sebelumnya. Dengan konsep formasi 4 orang tersebut memberikan kesan bahwa konsep musik dengan sentuhan rock dan higher fantasy, menjadikan Coke Pit lebih "ber-energi" untuk membuat musik Coke Pit lebih "berisi". Warna baru ini sepintas seperti perpaduan antara Weezer dan Coldplay, yang pada satu sisi terdapat beat-beat riang tetap dengan sentuhan overdrive yang lebih kental dan akustik gitar, namun disisi lain membuat lagu-lagu mereka membutuhkan khayalan yang dalam untuk dapat menikmatinya.


Namun. kabar terakhir yang diperoleh dari friendster milik band ini menyatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk membubarkan diri setelah delapan tahun berkarya. Sangat disayangkan mengingat mereka belum genap setahun meluncurkan album major label perdananya, "Lukisan Harap" pada tahun 2008. Band ini boleh bubar, namun semoga karya mereka akan tetap abadi dan terus didengar oleh para penggemarnya.

-- tambahan informasi, band ini telah aktif lagi sesuai pernyataan pada komentar di bawah --

Minggu, April 26, 2009

STIFEST 2002: The Beginning (Sejarah STIFEST)

Sejarah STIFEST

Stifest pertama kali diadakan pada tahun 2002 oleh sejumlah siswa SMU 1 Mataram angkatan 2001 hingga 2003. Dilatarbelakangi keinginan untuk memiliki sebuah festival musik sebagaimana yang dimiliki oleh SMU lainnya di Mataram, serta sedikit kekecewaan dan sebentuk protes terhadap pemilihan ketua OSIS yang dianggap berbau diskriminasi, tercetus sebuah ide iseng dari beberapa siswa untuk mendirikan sebuah organisasi atau ekstrakulikuler musik di SMA Negeri 1 Mataram sekaligus memiliki acara tahunan sekelas pensi.

Dengan bermodalkan uang sejumlah satu juta rupiah untuk menyusun proposal yang empat ratus ribu diantaranya diperoleh dari pinjaman tabungan salah satu siswa dan sisanya adalah sumbangan yang dikumpulkan dari sejumlah siswa lainnya, maka ide untuk mengadakan sebuah festival musik yang membawa nama besar SMU 1 Negeri Mataram menjadi serius. Pada saat itu kami, *sebut saja kami* mengawali dengan pembentukan panitia yang akhirnya berhasil memilih beberapa anggota inti dari kepanitian beserta sub seksi koordinasinya.

Panitia mulai disebar untuk mencari informasi tentang bagaimana sebuah event bisa diadakan, hingga salah seorang dari panitia merekomendasikan sebuah Event Organizer (EO) lokal di Mataram yang sering mengadakan acara kompetisi olahraga. Panitia akhirnya memutuskan untuk mengadakan rapat terbuka dengan perwakilan EO tersebut, hingga akhirnya terjalin kesepakatan untuk bekerjasama dalam mengadakan acara festival musik SMU 1 Mataram.

Rapat kedua tentang konsep acara menghasilkan nama STIFEST, diinspirasi dari sebuah perhelatan konser musik akbar di Jerman yang sedang berlangsung pada saat itu, yakni OZZFEST, dimana STIFEST sendiri kemudian dijabarkan dalam bentuk Smansa Student Music Festival.

STIFEST dan PETERPAN

Mungkin yang belum bisa dipercaya hingga saat ini, (dan tidak kami sangka tentunya), adalah STIFEST yang pertama pada tahun 2002 nyaris saja mengundang band PETERPAN sebagai bintang tamunya. PETERPAN yang pada saat itu baru memiliki satu single perdana, "Mimpi Yang Sempurna" dalam sebuah album kompilasi, dan belum memiliki album perdananya sendiri, diwakili oleh managernya, Mas Budi-, yang datang sendiri ke Lombok dan sempat mengadakan rapat terbuka dengan panitia di ruang kelas Bahasa Asing "A" (sekarang sudah dirobohkan dan diganti dengan aula). Contact dengan manager PETERPAN sendiri didapat dari relasi salah seorang panitia. Pada saat itu management PETERPAN hanya meminta fee bersih sebesar 15 juta rupiah (wow! kami sendiri tidak menyangka jika nama PETERPAN nantinya akan booming di industri musik Indonesia, dan kami nyaris saja membayar Ariel cs. seharga 15 juta rupiah, yang jelas tidak mungkin dilakukan pada saat sekarang.), namun itu belum termasuk transportasi, akomodasi, dan konsumsi untuk personil band dan seluruh crew yang totalnya bisa mencapai 65 juta rupiah untuk mendatangkan PETERPAN. Setelah merundingkan dengan seluruh panitia, diputuskan untuk membatalkan rencana mendatangkan PETERPAN karena resiko yang sangat besar dan saat itu tidak tersedia dana talangan yang memadai. Akhirnya melalui salah seorang panitia yang memiliki relasi dengan Coke-Pit, band asal Tasikmalaya - Jawa Barat, STIFEST resmi mengontrak bintang tamu pertamanya. Coke-Pit sendiri saat itu statusnya kurang lebih sama dengan PETERPAN, baru memiliki satu single perdana yang termasuk dalam sebuah album kompilasi.

STIFEST I Sukses!

Acara dihelat selama tiga hari di gedung Taman Budaya - Mataram, dengan format kompetisi dua hari babak penyisihan dan satu hari babak final. Diliput oleh Lombok TV, stasiun televisi lokal yang baru saja berdiri pada saat itu, dan acara pembukaan dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram. Tiga hari yang melelahkan, namun sangat menyenangkan, dan sangat-sangat berkesan.... Di final, seluruh tiket yang tercetak habis sebelum sore hari, dan penonton yang membludak penuh sesak hingga Taman Budaya terasa sangat panas dan bergairah. Pada saat bintang tamu kami naik ke atas panggung, penonton meluber hingga ke bibir panggung. Mereka sangat antusias menyaksikan penampilan Coke-Pit malam itu hingga panitia harus membentuk barikade dengan tangan di depan panggung. Dalam hati kami tersenyum puas. Akhirnya kerja keras kami untuk memiliki sebuah event kompetisi musik tingkat pelajar di Mataram menjadi kenyataan. Akhirnya SMU 1 Mataram memiliki sebuah kebanggaan di bidang musik! Event pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas pertama yang menggunakan bintang tamu dari luar pulau Lombok, dalam hal ini Pulau Jawa dan sekitarnya, yang berarti STIFEST menjadi pensi SMA terbesar yang pernah ada di kota Mataram (saat itu). Sungguh sebuah kepuasan yang tak ternilai. Dan SMA 1 Mataram hingga kini tidak hanya terkenal dengan prestasi akademiknya, namun juga dengan prestasi di bidang organisasi dan seni musiknya.

Semoga ini akan berlanjut hingga kami menjadi ayah ibu, atau kakek nenek, dan saat itu nanti anak cucu kami yang akan melanjutkan tradisi untuk mengadakan STIFEST yang selalu lebih baik dari tahun ke tahun. Sepuluh tahun lagi mungkin band nasional sekelas SLANK, DEWA, PADI, atau NIDJI yang akan mengisi acara di STIFEST sebagai bintang tamu, dan semoga dua puluh tahun lagi band internasional sekelas MUSE, COLDPLAY, GREENDAY, atau LINKIN PARK yang akan mengisi STIFEST sebagai guest stars. Walaupun nyaris tidak mungkin, namanya juga doa, pastinya kita harus berdoa yang terbaik kan? Tapi satu yang pasti, semangat STIFEST akan selalu hidup di memory kami semua.

Sabtu, April 18, 2009

STIFEST now on FACEBOOK!



Stifest

Guys, stifest punya halaman event planner di Facebook. Cara paling gampang ketik "STIFEST" di kolom search, Pojok Kanan ataS <-- strike="">bukan iklan politik.

Setelah muncul, sangat dianjurkan untuk langsung "become a fan" and "reserve" baik di Page maupun di event/concert-nya.

Atau bisa langsung klik di link ini untuk langsung menuju STIFEST's Facebook Page (*pastikan sudah login di facebook dulu sebelum meng-klik link).

Di dalamnya ada forum diskusi yang bisa kita manfaatkan untuk sharing ide-ide cemerlang, reuni panitia, brainstorming panitia sekarang, sharing foto2, video, ato mungkin bisa juga ngasih sumbangan dana (he he he... ngareep...), yah... boleh lah ngarep dikit, demi kepentingan khalayak ramai... sapatau aja bisa ngasih channel ato link ke orang2 yg potensial untuk jadi sponsor ato donatur... Piss "(^.^)\/,,

Anyway naik busway pake sendal skyway, kami tunggu kedatangan rekan2 sekalian di group Facebook tadi...

cheers!

STIFESTeam.

STIFEST: Gairah Tinggi Musikalitas Mataram!

STIFEST

MAU tahu bagaimana crowd daerah yang tidak dikenal sebagai basis musik nasional jika nonton konser? Sepi? Ah, jangan menghakimi. Mereka justru lebih heboh dibanding penonton di kota yang sering dianggap sebagai basis musik lo.

Tidak percaya?

Mataram, ibukota Nusa Tenggara Barat (NTB), minggu lalu diguncang festival musik yang cukup kencang. Tak cuma karena festivalnya, tapi juga karena ada bintang tamu dari Jogjakarta, pengusung punk melodic, My Pet Sally (MPS). Festival ini dinamakan STIFEST (Smansa Student Music Festival) dan diadakan oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Mataram (Smansa Mataram) sejak tahun 2002.

Tak main-main, karena festival ini digelar selama tiga hari (1-3 September 2005) termasuk penyisihan. Sampai akhirnya 10 finalis tampil di final dengan bintang tamu MPS tadi. Ada sekitar 30 band lokal yang ikut seleksi.


The Final

Final digelar 3 September 2005 di Gedung Taman Budaya Mataram yang berkapasitas 2000 penonton. Yang membedakan Mataram dengan penonton di pulau Jawa adalah, crowd di NTB "malu" kalau nonton tidak bayar. Alhasil tiket terjual habis. Di pulau Jawa, penonton masih "malu" kalau tidak sukses menjadi penerobos.

Jadi, jangan bayangkan suasana yang nyaman jika berada di gedung dengan 2000 penonton tanpa pendingin yang memadai. Panasnya minta ampun. Tapi jangan kaget, penonton kok asik-asik saja ya?

Yang mengagetkan penulis, acara se-akbar untuk ukuran lokal Mataram tersebut, digagas oleh sekelompok anak-anak putih abu-abu alias SMU. Yang punya gawe adalah SMU 1 Mataram. Salut buat mereka yang tidak kalah dengan anak-anak ibukota.


MPS Time!

Menunggu 10 finalis main, tentu butuh energi tersendiri. Tak heran MPS sebagai bintang tamu baru naik panggung sekitar pukul 23.oo WITA. Mendapat jatah 5 lagu, membuat Renyka (Bass/Vocal), Deasy (Guitar), dan Jimbo (drum), seperti tak ingin kehilangan momen untuk langsung menggebrak. Dibuka dengan lagu "Fighting Fist", penonton yang sudah menunggu sejak sore hari, langsung maju ke bibir panggung. Disusul gempuran lagu selanjutnya "Halo Ibu Kos", "Gerombolan Siberat" dan tentu saja singel "Cinta 18".

Lumayan, penonton ikut menyanyikan lagu "Cinta 18" yang masuk dalam kompilasi "Berpacu Dalam Melodic". Rupanya lagu ini cukup dikenal di daerah yang bisa dibilang cukup jauh dari basis musik di Pulau Jawa.

Sekedar catatan, penonton tampaknya harus belajar menghargai penonton lain. Pasalnya, ketika sempat bersenggolan, mereka langsung bersitegang. Eh, mas.. Ini bukan konser dangdut yang senggol bacok lo ya? Untung saja mereka cepat sadar diri, sehingga tidak terjadi keributan yang lebih luas.

Terlalu singkat memang, karena 20 menit yang digeber, tidak terasa sudah berlalu. meski crowd masih minta tambahan lagu, panitia lokal bersikukuh tidak mengabulkan. Maklum, sudah mulai larut malam.


Catatan Penulis

Catatan dari penulis. Festival ini memang bukan festival yang terbaik, tapi paling tidak memberi gambaran Mataram (dan sekitarnya) punya keinginan untuk berkembang di bidang musik. Yang harus diperhatikan oleh komunitas musiknya, referensi musiknya harus lebih dikembangkan, supaya tidak tertinggal dengan daerah lain.

Untuk sebuah perhelatan musik, STIFEST ini patut diacungi jempol, meski baru satu jempol. Siapa tahu, ada musisi nasional yang kelak muncul dari ajang ini. (joko/foto: istimewa)


disadur dari: www.tembang.com